Malaysia baru sahaja melepasi fasa pergolakan politik terlalu sengit - yang menyaksikan perbalahan serta serangan tidak rasional menyalahkan antara satu sama lain.
Hentikanlah. Benar, kemarahan dan kejutan yang kita hadapi bersama sudah tentu tidak akan reda dengan serta-merta. Namun, kita harus bertindak wajar dengan mengutamakan golongan yang terpenting.
Saya bersyukur kerana diberi mandat oleh rakyat Permatang Pauh selaku Ahli Parlimen, mewakili suara mereka pada hari bersejarah, 9 Mei 2018.
Jelas, mandat rakyat harus kita hormati dan pertahankan. Ini prinsip yang merangkul agenda demi rakyat - samada kita bergerak sebagai kerajaan mahupun pembangkang.
Keputusan saya pada akhir Disember 2018, untuk tidak lagi bersama di pentas arena politik arus perdana adalah berdasarkan prinsip mengutamakan pemaknaan agenda reformasi - yang harus menjalar pelaksanaannya di kalangan masyarakat - khususnya penduduk Permatang Pauh.
Tahun ini menjadi saksi kepada sebahagian besar daripada usaha penuh makna di Permatang Pauh - yang melibatkan kerjasama bakat terbaik tanah air kita untuk memberi impak sosio-ekonomi yang positif kepada rakyat.
Saya amat bimbang sekiranya pertimbangan politik jahat menguasai mana-mana kerajaan, maka program-program demi rakyat yang telah kami usahakan bersama bakal menjadi mangsa. Sedangkan program demi rakyat harus kalis politik jahat.
Antara projek rintis yang utama adalah Program SEDAR iaitu program psiko-sosio-rohani yang melibatkan penggunaan metadon di masjid dan diluluskan oleh JAKIM bagi penagih heroin yang mahu kembali ke pangkal jalan.
Selain itu, kami bakal melaksanakan kajian rumah ke rumah untuk meninjau tahap kemiskinan - dengan mengukur indeks kemiskinan multidimensi di Permatang Pauh - bersama pakar kemiskinan dan ahli ekonomi tersohor Malaysia, Profesor Fatimah Kari.
Kita juga perlu meneruskan agenda reformasi yang diusahakan oleh Jabatan Penjara Malaysia - yang menyasarkan 75% daripada jumlah banduan yang layak dan mampu menyertai Program Pemulihan Dalam Komuniti - di luar penjara. Inilah program pemulihan yang sebenar!
Kita memerlukan reformasi di dalam bidang pertanian - dan hasrat saya adalah untuk memperkenalkan sistem pertanian bebas racun perosak; dengan pasaran lumayan luar negara yang tersedia. Barulah petani kita bakal meraih keuntungan yang setimpal dengan perit jerih mereka. Pertanian moden sebegini sudah tentunya memerlukan pelaburan yang tinggi - bukan kepada kroni tetapi petani sejati.
Barulah bekalan makanan negara terjamin - dan usaha murni ini wajib dilunaskan oleh agensi kerajaan dan jabatan sedia ada - tidak kira parti atau bendera mana yang mengepalai kementerian ini. Bendera petani yang terpenting.
Bayangkan, Malaysia mampu mencapai masa depan tanpa kanser serviks - khususnya yang lebih perit dialami oleh wanita berpendapatan rendah - menerusi kolaborasi kami dengan Yayasan Rose, Universiti Malaya.
Tambahan program yang mahu dilaksanakan bukan program sebarang program, namun program yang terbukti berhasil - kerana menjadikan pakar sebenar, bukannya pakar politik sebagai bahan rujukan.
Tidak kira siapa yang memerintah, bersatulah kita semua, dalam memastikan mereka yang mempunyai kuasa, termasuklah Ketua-Ketua Setiausaha di dalam setiap Kementerian, mengutamakan kebajikan rakyat, bukannya kepentingan politik.
Kita harus mengumpulkan idea-idea terbaik Malaysia - dan melaksanakan program yang memberi impak kepada golongan terpinggir, dan terjerumus di dalam kancah kemiskinan.
Ingatlah, penagih memerlukan rawatan. Maka, klinik Cure and Care di seluruh Malaysia harus diberi dana sokongan supaya dapat beroperasi seperti biasa.
Selain itu, bantuan sara hidup dan bantuan lain harus tepat pada sasaran menerusi ukuran kemiskinan yang lebih menyeluruh dan tepat.
Bantuan haruslah memperkasa dan mempertahan maruah golongan yang dibantu. Inilah reformasi kemiskinan yang sebenar.
Reformasi penjara juga perlu disokong. Berikan suara kepada mereka yang tidak mampu bersuara di atas nama keadilan sosial.
Semaikan kasih sayang, toleransi dan adab serta akhlak yang mulia. Walau ada yang menyemai kebencian, ingatlah peribadi Rasulullah SAW kesayangan umat Islam - kitalah yang mencerminkan agama Islam yang syumul.
Desak kerajaan hari ini untuk mencerminkan rakyatnya; desak mereka untuk mempertahan nilai nilai murni dan mengutamakan rakyat terpinggir dan golongan bawahan.
Wadah politik saya ialah KEADILAN (Parti Keadilan Rakyat) - yang telah memungkinkan saya merealisasikan idealisme reformasi berpaksikan prinsip keadilan, InshaaAllah. Di mana-mana sahaja kawasan parlimen yang kita wakili, kekalkanlah kredibiliti melalui kerja, program, inisiatif dan dalam mempertahan dasar perjuangan.
Saya akan terus menyokong kepimpinan dan teman-teman KEADILAN - khususnya untuk memberikan usaha terbaik di dalam memelihara idealisme dan kredibiliti kita. Kita mesti menyahkan unsur-unsur khianat di dalam jemaah. Kini, adalah masa untuk kita membina semula parti, menegakkan prinsip-prinsip yang kita perjuangkan, dan membantu rakyat menikmati dasar terbaik yang kalis politik jahat dan kalis masa depan.
NURUL IZZAH ANWAR
Ahli Parlimen Permatang Pauh
——————————
Much political turmoil shook us all this past week. It is now quickly descending into an unscrupulous blame game. This has to stop. Granted, the shock and outrage has not fully subsided. But it is exactly in this hour of need that we must reflect on what’s most important.
I was fortunate enough to have received the mandate from the people of Permatang Pauh as a legislator, on that fateful day on 9th May 2018.
Clearly, the people’s mandate must always reign supreme.
And ultimately, this should be our guiding principle regardless of whether we are in government or in opposition.
Late December 2018, I made the decision to exit the mainstream political scene and focus on my reform-based initiatives on the ground in Permatang Pauh.
We were making headway with our methadone in mosques - psycho-socio-spiritual JAKIM-approved programs for heroin addicts. We were about to embark on our multidimensional poverty index ground survey with Malaysia’s foremost poverty expert & economist Prof Fatimah Kari, and continue our collaborations with the Prison Department’s reform agenda - targeting 75 percent of eligible, non violent criminals to be absorbed in corrective community programs - ensuring rehab efforts bear fruit. We fervently wanted to introduce pesticide-free precision farming - an endeavour that requires huge financial investment in existing green houses - with a ready target in international markets - to safeguard Malaysian food security and protect our farmers. We also of course want to see an eventual end to cervical cancer, especially amongst women in the lower income household, by collaborating with ROSE Foundation of University Malaya!
My fear is that in the ongoing political turmoil, these on the ground, these socially impactful projects, might be derailed.
These are evidence based initiatives and must be fully politics-proof.
Regardless of who is in office, we as collective Malaysian stakeholders must join in a call to action that ensures governments, including the likes of powerful Secretary-Generals that wield much authority across ministries, maintain the policies and programs which have the most benefit and impact for communities on the ground.
Of the many interactions I have had, the ones that have made the most lasting impact are those involving the best of Malaysian minds, coupled with their fortitude to realise workable and concrete solutions to assist the most vulnerable in our communities. Protection of those without access to basic public services, infrastructure, and opportunities is paramount.
Addicts require treatment. The Cure and Care Clinics throughout Malaysia must continue their operations. Those who are deprived must receive targeted assistance through better measurement of poverty; eventually engaged and empowered. Prison reforms must also continue to be supported.
If there is a key lesson to be learned in all of this, it is not to forget those who are so easily forgotten.
Please join me in remembering and helping those that need it most: to push for policies that are evidence-based and politics-proof to help those unable to help themselves achieve mobility while simultaneously empowering talents everywhere.
All Malaysians need better access to quality healthcare, education, economic empowerment that enable them to improve their own lives and those of their families & communities.
Don’t sow hatred and enmity; let us instead expand and grow our tolerance of one another especially in times of division. If the government of the day is reflective of its people, then let us ensure that it is our values they truly reflect.
I shall continue supporting my KEADILAN leadership and colleagues - specifically to do our best in preserving our ideals and credibility by purging treacherous elements from our midst. Now more than ever must we rebuild the party from within, to uphold the principles we claim to embody.
KEADILAN is the vehicle that allowed us to realise our reform ideals based on the principles of fairness, justice and equal opportunity - forming the basis of my work in the constituencies I have had the honour to represent.
We must continue to preserve our credibility through our work, our programmes, initiatives and policies.
NURUL IZZAH ANWAR
Member of Parliament Permatang Pauh
www.nurulizzah.com
http://keanggotaan.keadilanrakyat.org/
同時也有10000部Youtube影片,追蹤數超過2,910的網紅コバにゃんチャンネル,也在其Youtube影片中提到,...
families of addicts 在 Daphne Iking Facebook 的最佳解答
Thank you KJ for bringing this up. I’ve assisted unwed pregnant singles moms and drug addicts , watched how meth and coke has destroyed families and hopes. Watched children being torn away from their parents, or parents being torn away from each other ... due to vices and/or difference of opinions. Then there is the concern over domestic abuse and sexual assault. Incest and covering up of ugly crimes happening in our backyard. Agenda Sosial is a collective concern that definitely needs to be addressed. I fully support your drive to help the youths. What can we do to help bring this matter forth?
AGENDA SOSIAL UNTUK BAJET 2018
SEPERTI lazimnya, menjelang pembentangan bajet untuk tahun depan, ramai pihak mengambil kesempatan pada saat-saat terakhir ini untuk membisik, memujuk dan melobi Menteri Kewangan bagi mengumumkan peruntukan yang besar untuk sektor penting masing-masing.
Sektor swasta mungkin mengharapkan pengurangan cukai perniagaan, golongan B40 mahukan kenaikan Bantuan Rakyat 1Malaysia (BR1M) dan sudah pasti anggota perkhidmatan awam menantikan pembayaran bonus tahunan.
Menteri-menteri pun sudah pasti telah memberi persembahan yang terbaik kepada Menteri Kewangan apabila dipanggil bagi menyatakan senarai harapan atau wishlist mereka. Tidak terkecuali saya juga telah meminta beberapa penambahbaikan kepada bajet untuk belia dan sukan khususnya bagi meneruskan momentum cemerlang temasya Kuala Lumpur 2017.
Namun apa yang ingin saya fokuskan di sini merentasi mana-mana kementerian. Bajet yang dibentangkan untuk beberapa tahun sebelum ini banyak memberi tumpuan kepada isu ekonomi dan sara hidup. Saya percaya penekanan tersebut tepat pada waktunya. Sejak beberapa tahun lepas, kita berada dalam persekitaran ekonomi global yang mencabar. Memang wajar kerajaan memberikan fokus kepada usaha untuk menjana pertumbuhan ekonomi di samping menjaga kesejahteraan rakyat melalui bantuan tunai, program kebajikan, perumahan, kesihatan dan pengangkutan awam.
Tetapi di saat ini, saya ingin mengusulkan satu lagi agenda yang perlu diberi penekanan khusus dan diangkat sebagai satu usaha besar merentasi kementerian. Harapan saya adalah agar Bajet 2018 dapat mengangkat satu agenda sosial untuk membangunkan modal insan kelas pertama.
Dalam siri wacana Transformasi Nasional 2050 (TN50) yang diterajui Kementerian Belia dan Sukan (KBS), antara aspirasi dan kebimbangan utama yang disuarakan oleh generasi muda adalah agenda sosial dan pembangunan modal insan yang menyeluruh. Modal insan yang dimaksudkan bukanlah hanya terhad kepada aspek pendidikan dan latihan sahaja tetapi pembentukan akhlak, nilai sahsiah dan keperibadian. Kekhuatiran yang disuarakan itu juga bukan datang tanpa sebab.
Mutakhir ini, kita melihat kes penyalahgunaan dadah semakin kritikal dengan peningkatan lebih dua kali ganda dalam hanya lima tahun kepada 30,844 kes pada tahun 2016. Lebih merisaukan, 23,000 daripada kes itu melibatkan penagih dadah baharu yang telah dikenal pasti pada tahun lepas sahaja. Selain itu, lebih 30% anak muda mempunyai akses kepada pornografi dengan lebih satu pertiga daripada mereka berumur di bawah 17 tahun. Jumlah kelahiran luar nikah pula melebihi separuh juta sepanjang 11 tahun sehingga Jun 2017.
Walaupun pesalah juvana menurun kepada 4,569 pada tahun 2015 berbanding tahun sebelumnya, hampir 10% adalah pesalah berulang. Ini termasuk kes-kes jenayah melibatkan harta benda, dadah, trafik, senjata api dan sebagainya. Di sekolah pula, kes ponteng sekolah dan buli tetap menjadi kerisauan walaupun dalam pola menurun, dengan 14,496 dan 3,011 kes direkodkan masing-masing untuk tahun 2016.
Dari segi kekeluargaan, hampir 5,000 kes penderaan kanak-kanak telah dikenalpasti sepanjang tahun 2015 dan 2016 sahaja, terutamanya penderaan fizikal, seksual dan emosi. Kes-kes sebegini juga dikaitkan dengan kadar penceraian yang tinggi terutamanya di antara pasangan beragama Islam di mana secara puratanya lebih 184 pasangan bercerai setiap hari. Jumlah ibu tunggal yang berdaftar pula melebih 80,000 orang, dengan lebih 150,000 lagi telah dikenal pasti. Kesemua ini bukan angka semata-mata - ia menunjukkan keperluan agenda sosial baharu yang mencakupi segenap lapisan masyarakat.
Baru-baru ini, negara dikejutkan dengan kebakaran Pusat Tahfiz Darul Quran Ittifaqiyah. Suspek yang ditahan dalam kejadian tersebut adalah remaja. Mereka ini dikatakan belia bermasalah yang ponteng sekolah, menghisap dadah dan datang dari keluarga yang berantakan (broken families). Selepas kemarahan masyarakat terhadap para remaja ini reda, timbul suara-suara rasional yang mengatakan bukan anak-anak ini yang gagal dalam hidup, tetapi kita sebagai masyarakat yang telah menggagalkan mereka dan tidak cukup berusaha untuk menyelamatkan mereka.
Sekiranya sesuatu tidak dibuat dengan segera, lebih ramai lagi akan menyertai generasi yang tersasar atau hilang dari arus perdana ini - a lost generation. Kita akan melangkah ke tahun 2050 dengan hanya sebahagian sahaja daripada anak muda kita, sementara sebahagian lagi tertinggal di belakang. Mereka yang bernasib baik untuk melanjutkan pelajaran ke menara gading berkemungkinan besar akan selamat daripada segala gangguan (disruption) yang akan melanda. Mereka ini akan memenuhi pekerjaan masa hadapan dengan kemahiran teknologi dan kecerdasan kognitif yang tinggi. Masa depan mereka jauh berbeza dengan destini anak-anak muda yang hidupnya disedut ke dalam kegelapan kemungkaran. Sekali mereka terjerumus ke lubang yang gelap itu, semakin dalam mereka tenggelam dan tiada cara untuk mereka menggali keluar sendiri.
Sebab itulah intervensi mesti dibuat dari sekarang. Di persimpangan ini, mungkin ada suara-suara yang berbunyi, apa yang kerajaan buat selama ini? Sudah pasti memang wujud pelbagai program sosial tetapi kenapa kita tidak berani mengakui bahawa apa yang dibuat selama ini tidak mencukupi. Bukankah tugas kerajaan untuk sentiasa memperbaiki dasar dan pelaksanaan terutamanya bila berdepan dengan perubahan zaman?
Sekarang ini agenda sosial mesti berdepan dengan ledakan maklumat yang membanjiri mata dan jari-jemari orang muda, yang boleh menjadi gerbang pintu masuk ke jalan kemusnahan. Urbanisasi telah memberi tekanan kepada institusi keluarga nuklear dengan kedua-dua ibu bapa terpaksa bekerja keras demi menyara keluarga.
Persekitaran kampung yang lazimnya memberi sokongan kemasyarakatan juga hilang dengan penghijrahan rakyat ke rumah pangsa yang bertingkat-tingkat di pinggiran bandar.
Di zaman ibu bapa jarang dapat memberikan masa berkualiti, rumah semakin sempit, kemudahan rekreasi juga tidak mencukupi - pilihan yang ada pada mereka adalah merempit di jalan raya, ‘berkhayal’ untuk melepaskan diri daripada tekanan dan seterusnya memilih jenayah kerana tiada langsung kemahiran untuk dijadikan asas kepada kerjaya.
Walaupun agenda sosial ini merupakan satu bom jangka yang besar, perbincangan serius adalah bermusim dan semakin berkurangan. Bila berlaku isu besar seperti pembakaran pusat tahfiz baru-baru ini, barulah masyarakat berbincang, pakar ditemubual, media sosial tular. Beberapa hari kemudian rakyat sudah pindah ke topik dan hashtag yang baharu. Malah, di perhimpunan agung parti saya juga, usul sosial sekarang ini tenggelam-hanya dimasukkan dalam usul pendidikan dan agama. Saya rasa ini berlaku sebab banyak cadangan klise yang kita selalu dengar untuk mengatasi masalah sosial ini dihubungkaitkan dengan sistem pendidikan dan institusi keagamaan.
Saya bukan tidak setuju dengan pendekatan tersebut. Sistem pendidikan dan pendedahan kepada agama penting dalam pembentukan modal insan khayra ummah. Tetapi adakah ia mencukupi? Bayangkan, anak-anak kita berada di sekolah hanya beberapa jam dalam satu hari. Walaupun minda mereka dapat dibentuk di bilik darjah, lebih banyak masa mereka diluangkan di luar pagar sekolah. Kalau pengaruh negatif di luar tidak dibendung, sia-sia sahaja apa yang ditanam dan dididik oleh para guru.
Sama juga dengan pendekatan agama. Tidak salah untuk kita mendidik anak kecil dengan ajaran agama atau menghantar mereka ke tahfiz, tetapi itu sahaja tidak mencukupi dalam membina generasi muda bersahsiah tinggi. Dalam dunia moden yang berubah pantas ini, nilai sosial yang jitu bermakna anak muda dapat menyesuaikan diri bukan hanya dengan budaya rakan sebangsa dan seagama tetapi dengan norma baharu masyarakat majmuk. Jika tidak, mereka akan terkejut dengan realiti sebenar kehidupan moden majmuk sekali gus mendorong anak bangsa kita ke arah ekstremisme dan pengasingan sosial.
Agenda sosial baharu ini memerlukan koordinasi di peringkat tertinggi. Ini bukan kerja satu kementerian. Saya sangat sedar perkara ini. Sering kali masalah gejala sosial orang muda dirujuk kepada KBS. Apa yang ramai tidak ketahui ialah punca kuasa dan tanggungjawab ke atas isu-isu ini diagih-agihkan kepada pelbagai pihak. Masalah dadah di bawah AADK dan PDRM, rempit pula di bawah PDRM dan JPJ misalnya. Ini tidak termasuk PBT.
Beberapa tahun yang lepas, KBS cuba memulakan satu program intervensi untuk para remaja yang berisiko tinggi terlibat dalam gejala sosial yang diberikan nama Projek Angkat dan Upaya atau Padu. Melalui program ini, anak-anak muda berisiko diberikan seorang mentor bagi membimbing pengisian masa lapang mereka dengan kemahiran hidup seperti pengaturacaraan dan vokasional. Program ini tidak dapat diteruskan kerana tidak diberikan peruntukan. Mungkin kerana ada birokrat di Perbendaharaan yang berpendapat ini bukan kerja KBS tetapi lebih kepada kaunseling di bawah Kementerian Pembangunan Wanita, Keluarga dan Masyarakat.
Apa yang saya impikan pada Bajet 2018 adalah beberapa intervensi untuk mewujudkan ‘Agenda Sosial’ yang berkesan. Walaupun saya sedar semua pihak mengejar peruntukan yang terhad, agenda sosial ini terlalu penting untuk hanya diberi peruntukan kecil atau token bagi melepaskan batok di tangga.
Sememangnya, agenda sosial ini menuntut penyelesaian yang pelbagai daripada semua pemegang taruh. Namun antara perkara yang perlu dilihat adalah pemerkasaan program pemulihan penagih di bawah AADK yang sudah menunjukkan kejayaan tetapi tidak cukup sumber. Selain itu, pembinaan pusat-pusat asuhan kanak-kanak yang selamat, bersih dan dikawal selia kakitangan yang bertauliah juga penting untuk membantu ibu bapa yang kedua-duanya bekerja. Tidak cukup untuk kita sekadar memberikan insentif pelepasan cukai kepada syarikat-syarikat untuk membuka pusat sedemikian. Kerajaan turut berperanan untuk menyediakan kemudahan tersebut terutamanya di kawasan bandar. Seperti mana dahulu tadika Kemas dibangunkan di kawasan luar dan pinggiran bandar, sekarang pusat-pusat asuhan yang dibiayai kerajaan diperlukan di kawasan bandar untuk membantu para ibu bapa muda.
Kerajaan juga perlu melabur untuk melatih lebih ramai lagi pakar kaunseling. Agenda sosial ini hanya dapat dijayakan sekiranya kita mempunyai intervensi dalam bentuk pakar yang dapat memberi nasihat dan memantau belia yang berisiko tinggi. Ini harus juga menjadi keutamaan pada zaman di mana masalah kesihatan mental menjadi satu kebimbangan besar dan stigma dalam membincangkan isu ini juga semakin berkurang.
Lebih daripada itu, masyarakat juga perlu diberi pendedahan kepada tanggungjawab keibubapaan yang lebih menyeluruh. Walaupun tidak dinafikan anak itu rezeki, kita juga harus melihat keadaan hidup kita dahulu sebelum mengambil keputusan untuk menambah bilangan ahli keluarga kita. Akhirnya, walaupun anak itu rezeki, anak itu juga seorang lagi insan yang mesti dijaga, diberi makan, dididik dan sebagainya. Kalau sudah susah menjaga anak yang sedia ada, fikirlah dahulu sebelum menambah lagi.
Saya tidak berniat untuk KBS mengambil alih semua kerja ini. Saya sendiri akui perkara ini terlalu besar untuk KBS atau mana-mana kementerian. Cuma, saya minta supaya ada agenda sosial yang khusus dan jelas dalam Bajet 2018. Mungkin ada yang menasihati Menteri Kewangan agar tidak menyentuh dulu isu ini sebab ia bukan sesuatu yang memberikan feel good menjelang pilihanraya. Tetapi saya benar-benar yakin dan percaya bahawa kita tidak boleh menangguhkan lagi usaha untuk menyelamatkan generasi muda.